
DAFTAR ISI
- Apa Itu Hernia Inguinalis?
- Penyebab Hernia Inguinalis
- Faktor Risiko Hernia Inguinalis
- Gejala Hernia Inguinalis
- Diagnosis Hernia Inguinalis
- Pengobatan Hernia Inguinalis
- Komplikasi Hernia Inguinalis
- Pencegahan Hernia Inguinalis
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Hernia Inguinalis?
Hernia inguinalis terjadi ketika usus atau lemak dari perut menonjol melalui dinding perut bagian bawah ke daerah inguinal, atau selangkangan.
Akibatnya, timbul tonjolan atau pembengkakan pada daerah selangkangan atau pembesaran skrotum (kantung buah pelir).
Tonjolan ini terutama dirasakan ketika batuk, membungkuk, atau mengangkat benda yang berat.
Penyebab Hernia Inguinalis
Sebagian besar kondisi hernia inguinalis disebabkan oleh penuaan, meskipun terkadang pada beberapa situasi bisa terjadi pada siapapun.
Terkait penuaan, seiring dengan pertambahan usia, bisa membuat otot-otot di sekitar perut melemah yang memicu terjadinya hernia inguinalis.
Hernia inguinalis terkadang bisa muncul tiba-tiba setelah memberi tekanan pada perut, seperti mengejan di toilet jika kamu mengalami sembelit atau membawa dan mendorong beban berat.
Selain itu, hernia inguinalis juga kerap dikaitkan dengan batuk berat yang intens.
Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa menjaga berat badan ideal dan menghindari mengangkat beban berat dapat membantu mengurangi risiko hernia
Faktor Risiko Hernia Inguinalis
Beberapa faktor risiko hernia inguinalis, antara lain:
- Jenis kelamin: Hernia inguinalis cenderung terjadi pada pria, begitu juga pada bayi dan anak kecil yang berjenis kelamin laki-laki.
- Wanita hamil: Ini sebagai akibat dari peningkatan tekanan pada bagian dalam perut dan melemahnya otot-otot perut.
- Kelebihan berat badan: Biasanya, penambahan berat badan bisa memberikan penekanan pada bagian perut.
- Batuk kronis: Entah karena mengidap penyakit tertentu atau bisa karena gaya hidup, misalnya merokok.
- Profesi tertentu: Terkadang, ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan untuk berdiri dalam jangka waktu lama atau mengangkat beban. Ini bisa memicu hernia inguinalis.
- Kelahiran prematur pada bayi: Biasanya, kanalis inguinalis bayi menutup sesaat sebelum atau setelah lahir. Namun, dalam beberapa kasus, kanal tidak sepenuhnya menutup, terutama ketika bayi lahir prematur. Ketika bayi lahir prematur, bayi menggunakan usus mereka lebih awal, sehingga berisiko lebih banyak tekanan pada perut yang memicu hernia inguinalis.
- Pernah punya hernia sebelumnya: Biasanya kalau sudah punya riwayat penyakit hernia, akan berisiko mengalami hernia inguinalis di kemudian hari.
- Riwayat keluarga: Kondisi genetik atau keturunan juga bisa menempatkan seseorang mengalami hernia inguinalis. Misalnya, kalau orangtua dulunya pernah mengidap kondisi ini, ada kemungkinan anaknya juga bisa mengalami hernia inguinalis.
- Pengidap fibrosis kistik (cystic fibrosis): Orang dengan kondisi fibrosis kistik berisiko mengalami hernia inguinalis karena fibrosis kistik membuat pengidapnya mengalami batuk berkepanjangan. Dan seperti sudah disebutkan sebelumnya, batuk yang konsisten menempatkan seseorang pada kemungkinan mengalami hernia inguinalis.
Gejala Hernia Inguinalis
Beberapa gejala hernia inguinalis, antara lain:
- Timbul tonjolan pada selangkangan.
- Tonjolan akan membesar ketika sedang batuk atau berdiri.
- Tonjolan bisa terasa nyeri ketika disentuh.
- Nyeri ketika batuk, berolahraga, atau membungkuk.
- Area selangkangan terasa lemah atau tertekan.
- Bagian selangkangan terasa berat atau seperti ada yang tertarik.
- Timbul rasa nyeri dan pembengkakan pada area sekitar testis, karena sebagian usus masuk ke dalam kantong skrotum.
- Nyeri, mual, dan muntah jika bagian usus yang keluar terjepit pada celah hernia dan tidak dapat dikembalikan.
Menurut WHO, gejala hernia dapat bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada ukuran hernia dan tingkat keparahan kondisi.
Diagnosis Hernia Inguinalis
Dokter akan mendiagnosis hernia inguinalis dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik saat duduk, berdiri, atau batuk, serta pemeriksaan tambahan jika hasil pemeriksaan fisik masih belum jelas.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan antara lain pencitraan dengan menggunakan USG, CT scan, atau MRI.
Terkadang dokter juga meminta pengidap untuk melakukan pemeriksaan urine untuk mengeliminasi penyebab nyeri pada skrotum selain hernia inguinalis.
Pengobatan Hernia Inguinalis
Pengobatan utama untuk hernia inguinalis adalah operasi. Ada dua jenis utama operasi hernia:
- Operasi Terbuka: Melibatkan sayatan di selangkangan untuk memperbaiki hernia.
- Operasi Laparoskopi: Menggunakan beberapa sayatan kecil dan kamera untuk memperbaiki hernia.
Jenis operasi yang paling sesuai akan tergantung pada ukuran dan lokasi hernia, serta kesehatan umum pasien. Konsultasikan dengan dokter bedah untuk menentukan pilihan terbaik.
Setelah operasi, penting untuk mengikuti instruksi dokter mengenai perawatan luka dan aktivitas fisik. Pemulihan biasanya memakan waktu beberapa minggu.
Komplikasi Hernia Inguinalis
Jika tidak diobati, hernia inguinalis dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:
- Hernia Inkarserata: Usus terjebak di dinding perut dan tidak dapat didorong kembali.
- Hernia Strangulata: Aliran darah ke usus terputus, yang dapat menyebabkan kematian jaringan (nekrosis) dan memerlukan operasi darurat.
Segera cari pertolongan medis jika mengalami nyeri hebat, mual, muntah, atau tidak dapat buang air besar.
Pencegahan Hernia Inguinalis
Meskipun tidak semua hernia inguinalis dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko:
- Menjaga berat badan yang sehat.
- Mengangkat beban dengan benar, menggunakan teknik yang tepat.
- Menghindari mengejan saat buang air besar.
- Berhenti merokok.
- Mengobati batuk kronis.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami tanda dan gejala alergi seperti di atas, segera berbicara dengan dokter lewat aplikasi Halodoc untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Kamu bisa klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter spesialis di Halodoc!



